1.
Peran
keluarga dalam pembangunan bangsa Indonesia
Keluarga adalah tempat pertama dan utama
di mana seseorang anak di didik dan dibesarkan. Fungsi keluarga utama seperti
yang telah diuraikan di dalam resolusi majelis umum PBB adalah “keluarga
sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan
kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dimasyarakat
dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya
keluarga sejahtera”. Seorang pakar pendidikan, William Bennett, mengatakan bahwa:
“…. the biological, psychological, and educational well-being of our
children depend on the well-being of the family…The family is the
original and most effective Department of Health, Education and Welfare.
If it fails to teach honesty, courage, desire for excellence, and a host
of basic skills, it is exceedingly difficult for any other agency to
make up its failures” (“kesejahteraan fisik, psikis, dan pendidikan
anak-anak kita sangat tergantung pada sejahtera/tidaknya keluarga…Keluarga
adalah tempat yang paling orisinal dan efektif dari Departemen Kesehatan,
Pendidikan, dan Kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan
kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi terbaik, dan kemampuan-kemampuan
dasar, maka akan sulit sekali bagi lembaga-lembaga lain untuk memperbaiki
kegagalan-kegagalannya”).
Konsep keluarga yang berfungsi dalam Islam adalah
keluarga sakinah. Keluarga sakinah mempunyai nilai-nilai seperti cinta dan
kasih sayang, komitmen, tanggung jawab, saling menghormati, dan kebersamaan
serta komunikasi yang baik. Keluarga yang dilandasi nilai-nilai
tersebut, maka keluarga
menjadi tempat yang terbaik bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan
optimal.
Opini:
Menurut saya keluarga memang peran yang paling penting
dalam pembangunan sebuah bangsa, karna keluarga pertama kali mengajarkan pendidikan
kepada seorang anak. Keluarga mengajarkan banyak pelajaran yang tidak
didapatkan dari bangku sekolah formal, bahkan albert Einstein dan ilmuan-ilmuan
lainnya tidak mendapatkan pendidikan formal dibangku sekolah, tetapi
mendapatkan pelajaran cukup dari seorang ibu. Ibu memiliki caranya sendiri
dalam mengajarkan anak-anaknya karna seorang ibu lebih mengerti kemampuan
anaknya sendiri. Dari sinilah dapat disimpulkan keluarga memiliki peran yang
sangat utama dalam pembangunan sebuah bangsa atau Negara, dimana bibit-bibit
penerus bangsa dibesarkan dari sebuah keluarga yang nantinya membentuk karakter
dasar mereka.
2.
Pemuda
dan perannya sebagai agen perubahan bangsa Indonesia
Ir.
Soekarno, presiden pertama bangsa ini pernah berkata,“Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang
pemuda mampu merenggut dunia”. Kiranya, ungkapan yang keluar dari mulut
seorang karismatik ini dapatlah kita artikan sebagai ruh perjuangan bangsa
Indonesia. Sampai kapan pun perjuangan pemuda Indonesia jangan pernah berakhir.
Sepatutnya, pemuda
menjadi tombak generasi penerus bangsa yang selalu diliputi mimpi-mimpi
besar menuju titik peradaban yang tinggi. Rasa optimisme yang dilontarkan Ir.
Soekarno memberikan secercah harapan baru bagi bangsa
Indonesia agar senantiasa menegakkan keadilan sosial dalam dimensi kebhinekaan
bangsa. Sampai saat ini, pemuda
(mahasiswa) selalu disebut-sebut sebagai pelopor perubahan,
perubahan sistem, perubahan kehidupan yang berasal dari keterpurukan menuju
kehidupan bangsa yang lebih baik. Dalam hal ini, mahasiswa sudah menunjukkan
perannya dalam Sumpah Pemuda pada tahun 1928, Proklamasi (1945), Orde Baru
(1966), Reformasi (1998). Semua momen ini merupakan bukti kekuatan para pemuda
Indonesia, yaitu mahasiswa sebagai tonggak perubahan kehidupan bangsa.
Bagaimana pun, Sumpah Pemuda menjadi bukti torehan
sejarah para pemuda bangsa untuk menyamakan pandangan akan pentingnya persatuan
dan kesatuan bangsa dalam meluluhlantahkan penjajahan di atas bumi pertiwi.
Dalam sejarah bangsa kita tercatat, para pemuda bangsa yang berasal dari
beragam latar belakang yang berbeda, bersatu melaksanakan kongres pemuda dengan
satu tujuan bersama, yakni mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui
tangan-tangan para pemuda, Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat.
Refleksi pada sejarah ini menjadi awal perubahan bangsa dari ketertindasan,
pembodohan, dan ketidakadilan. Hal yang seharusnya kita lakukan saat ini ialah
terus berjuang menuju restorasi bangsa dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa menuju pembebasan dari ketertindasan dan ketidakadilan para pemangku
pemerintahan ini. Bagi bangsa Indonesia masa kini, semangat perjuangan para pemuda terdahulu
benar-benar harus disadari sebagai wujud perjuangan para pemuda dalam
mengejawantahkan intelektualitasnya menuju pembebasan dan keadilan sosial.
Jangan sampai perburuan intelektual itu, semata hanya didasari kepentingan personal
dan cenderung melupakan kehidupan sosial.
Hal ini dapat terjadi atas dasar kesamaan visi para
pemuda bangsa yang ingin mengesampingkan egoisme golongan demi perubahan bangsa
ini. Kalau saja dulu para pemuda tidak bersepakat membentuk wadah perjuangan pemuda
yang sama, mustahil spirit kebersamaan akan terwujud di atas kebhinekaan bangsa
ini. Kesepakatan tersebut terwujud sebagai manifestasi perjuangan pemuda untuk
menegakkan dan membebaskan ketertindasan pribumi dari kaum penjajah yang
semena-mena, Di
mana dari waktu ke waktu, bangsa Indonesia memang selalu membutuhkan
inovasi-inovasi baru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang juga semakin berkembang menuntut suatu
perubahan. Lihat saja, sejak sebelum kemerdekaan, bangsa kita mengalami masalah
dalam menuntaskan penjajah. Akan tetapi permasalahan itu tidak lantas selesai
setelah proklamasi dikumandangkan di tanah Indonesia. Sekitar tahun 1994,
krisis moneter mulai lahir dengan segala pengaruhnya dalam berbagai bidang
aspek kehidupan. Tidak itu saja perbedaan idealisme yang menyebabkan perpecahan semakin kuat menggerogoti
mental bangsa.
Kemudian pada
puncak tahun 1998 terjadilah suatu revolusi terbesar di negara kita oleh
kekuatan para pemuda yang bersatu dalam satu tujuan sama, yaitu menuntut perubahan.
Hal ini terjadi akibat jiwa pemuda yang selalu panas akan pemerintahan yang
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat. Di sinilah momen
besar yang membuktikan bahwa kekuatan dan pengaruh pemuda, utamanya mahasiswa
mampu membawa perubahan dengan menggulingkan rezim orde baru menuju reformasi
yang diharapkan mampu membawa kesejahteraan dan kehidupan bangsa yang lebih
baik. Akan tetapi, apakah perjuanagan itu selesai sampai di sini? Atau sudah
puaskah kita sebagai pemuda dengan kondisi bangsa kita saat ini? Tentu saja tidak,
reformasi yang sudah diusung pemuda pada 1998 ternyata masih belum bisa
dijadikan sebagai tonggak kehidupan kehidupan bangsa yang ideal. Karena
pemerintah yang berdiri di sana semakin larut, semakin jauh dari tujuan mahasiswa.
Kepentingan pemerintah sudah bukan berorientasi pada rakyat, akan tetapi lebih
kepada pemenuhan perut pribadi.
Pada awal abad
ke-21 ini, permasalahan di negara kita semakin kompleks dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya. KKN, keserakahan,
kapitalisme, lunturnya harga diri bangsa dan Lack of
Leadership sudah menjadi hal yag dianggap biasa terjadi di Indonesia.
Tanpa disadari, permasalahan itulah yang menyebabkan kerugian terbesar dan
semakin rendahnya mental bangsa Indonesia. Mulai dari kemiskinan yang tidak
henti, pendidikan rendah, sumber daya manusia lemah, sampai teknologi yang
selalu ketinggalan dengan negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, dan Belanda. Bahkan kondisi alam
Indonesia pun sudah tidak mendukung atau bersahabat dengan negara kita. Bencana
alam terjadi di mana-mana.
Masih banyak sekali permasalahan bangsa kita, mulai dari aspek hukum, keadilan,
sistem pemerintahan, dan
politik.
Oleh
karena itu, para mahasiswa sebagai pemuda masa kini diharapkan mampu bermetamorfosa menjadi penerus tombak
estafet pembangunan negara, dengan intelegensinya diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara
dalam mencari kesempurnaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara
moril akan dituntut tanggung jawab akademisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan
lingkungan, akan tetapi sangat
disayangkan, jika dalam kondisi bangsa kita saat ini peran mahasiswa semakin
lemah. Jiwa kritis mahasiswa semakin luntur akibat termakan oleh penggunaan
teknologi yang semakin canggih. Padahal kecanggihan teknologi yang semakin
tinggi tersebut, harusnya menjadi inspirasi mahasiswa Indonesia untuk menciptakan karya dan inovasi besar
untuk peningkatan teknologi bangsa. Akan tetapi, kenyataan yang ada, sebagian besar adalah sebaliknya.
Para pemuda
semakin terlena akan teknologi canggih yang ditawarkan negara-negara maju untuk
menurunkan mental pemuda Indonesia. Dari situlah bangsa Indonesia mulai dicap
dengan baangsa yang konsumtif. Hal inilah yang akan semakin dimanfaatkan negara-negara digdaya terhadap bangsa kita, oleh karena itu, saat ini diperlukan revitalisasi mahasiswa sebagai solusi
permasalahan bangsa dan perubahan. Karena memang pada dasarnya peran mahasiswa
adalah sebagai agen perubahan (agent of change). Sumber daya manusia
terbesar dalam perubahan berada di tangan mahasiswa (pemuda), karena dari pemikiran-pemikirannya yang selalu inovatif, penuh akan ide, dan
tidak mudah berhenti sebelum mencapai titik optimum. Selain itu, dalam setiap
langkah mahasiswa akan didasari dengan ketulusan dan keikhlasan untuk rakyat
kecil utamanya. Sebagai pelaku utama dan agent of change, dalam gerakan-gerakan pembaharuan memiliki makna
yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang segala sesuatu dengan pikiran
jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab, dan dewasa.
Mahasiswa adalah para
pemuda yang menjadi salah satu
harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik. Hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap
memiliki intelek yang cukup bagus dan kematangan berpikir yang cukup luwes.
Maksudnya, bila ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah,
mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Perubahan
merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an
surat Ar-Ra’d: 11, dimana dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila
mereka menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis
yang menyebutkan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah
orang yang beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari
kemarin adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah
perubahan yang harus kita lakukan, sedangkan Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai
lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill
menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektul, yakni mencipta dan menyebar
kebudayaan tinggi menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina
keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran
politik.
Peran selanjutnya,
yaitu sebagai social control yang mana peran ini merupakan fungsi
kontrol terhadap pemerintah yang sangat perlu diawasi terus menerus. Sifat mahasiswa yang
didasari idealisme tinggi akan menjadi kekuatan besar dalam mengawasi jalannya
pemerintahan yang sudah tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. Peran ketiga
yaitu sebagai Iron Stock. Di sini mahasiswa sangat berperan besar
dalam menyediakan sumber-sumber daya manusia dengan ideaisme yang tinggi dalam
proses perubahan bangsa. Pemuda Indonesia harus dipersiapkan dengan baik untuk
menjadi penerus pemerintahan. Mulai dari kejujuran, idealisme tinggi, tulus dan ikhlas dalam membawa
bangsa. Mahasiswa adalah pemuda yang akan menjadi generasi penerus bangsa untuk mengganti atau
memperkuat generasi yang sudah tua. Jadi mahasiswa harus bisa menjadi pengganti
orang-orang yang memimpin di pemerintahan nantinya, dan untuk itu di butuhkan
mahasiswa yang bermental kuat sekuat besi. Mahasiswa dapat menjadi Iron
Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang
memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat
menggantikangenerasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset,
cadangan, harapan bangsauntuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh
organisasi yang ada akan bersifatmengalir, yaitu ditandai dengan pergantian
kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus
dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum
kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yangmemiliki
kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda
sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai
pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan
dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras
terhadapkaum kafir.
Sejarah telah
membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi,
dari zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda
depan perubah kondisi bangsa, dalam aplikasinya, mahasiswa harus memiliki langkah strategis untuk
menciptakan perubahan tersebut. Berdasarkan kondisi kampus sudah dipersiapkan
dalam bidang kajian yang berbeda-beda dapat diklasifikasikan meliputi:
keteknologian, sosial budaya, hukum dan politik, serta perekonomian. Semua bidang kajian itu ternyata dapat
disatu padukan untuk menganalisis permasalahan bangsa dilihat dalam berbagai
sudut pandang. Mulai dari pendidikan, ekonomi, keteknologian, serta
pemerintahan. Itulah yag merupakan tonggak yang dapat dilakukan sebagai langkah
strategis dalam revitalisasi mahasiswa sebagai solusi permasalahan bangsa
Indonesia. Perlu sebuah revolusi dinamis menuju perubahan bangsa, demikian ungkapan Riri Ari Mori seorang
aktivis perempuan, pembela hak-hak bernegara.
Ungkapannya
mengisyaratkan perintah bagi para pemegang tonggak perjuangan bangsa agar
senantiasa mengutamakan keadilan sosial di muka bumi ini. Tidak salah kiranya
ungkapan yang seringkali dilontarkan tentang perubahan, bahwa revolusi sampai
kapan pun tidak pernah mati. Sejurus dengan itu, Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqadimah
meramalkan dalam siklus sejarah dunia berupa perubahan berbentuk spiral
history, yakni, torehan sejarah akan terus terukir sepanjang hayat hidup
manusia di bumi ini. Ketika kehidupan masih berkecamuk di bumi ini, namun
perang kepentingan masih berlangsung, maka perubahan tidak akan pernah usai.
Setiap masa kehidupan akan berakhir dengan perubahan. Dan perubahan awal
menjadi antitesa dari kehidupan selanjutnya dan demikianlah seterusnya. Hal ini menunjukkan,
untuk menjadi bangsa yang berdaulat dibutuhkan soliditas dan kebersamaan
mencapai perubahan bangsa menuju kebaikan dan perbaikan bersama. Seperti
halnya disebutkan bahwa pemuda sbagai
generasi pembaharu (Maryam: 42); memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang
ada pada suatu kaum.
Kilas balik
perjuangan pemuda bangsa ini patut menjadi teladan gerakan perubahan bangsa
kita dalam merenggut kemerdekaan yang berdaulat bagi Indonesia tercinta. Banyak
hal yang kemudian dapat kita lakukan demi perubahan bangsa ini. Berkarya
menjadi nilai mutlak yang harus dilakukan para pemuda bangsa dalam mengisi
kemerdekaan Indonesia. Melalui karya-karya positif pemuda, pada akhirnya bangsa
kita benar-benar merasakan kemerdekaan penuh dari tangan-tangan pejabat yang
tidak amanat, tangan-tangan pemuja hasrat kuasa sesaat, dan dari tangan-tangan
para pendosa biadab. Semoga hal ini menjadi landasan ideal bagi para pemuda untuk
membersihkan bangsa ini dari jeratan penguasa jahanam.
Opini:
Peran para pemuda Indonesia banyak sekali dalam
perubahan-perubahan bangsa Indonesia seperti pada sumpah pemuda, proklamasi,
orde baru. Para mahasiswa khususnya mengadakan rapat atau kongres untuk
mengusir kaum penjajah dari bumi pertiwi ini.
Belum lagi peran pemuda Indonesia dalam menyembunyikan
Ir. Soekarno ketempat yang dirasa aman yaitu rumah laksamana maeda, agar
soekarno tidak mendapatkan hasutan-hasutan dari para penjajah tentang hari
kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan proklamasi Indonesia. Peran aktif
para pemuda Indonesia inilah yang membawa pengaruh besar terhadap perubahan
indosia yang tadinya dijajah selama ratusan tahun oleh penjajah sekarang dapat
hidup dengan bebas dan merdeka.
3.
Masyarakat
desa dan masyarakat kota dalam pembangunan bangsa Indonesia.
Agenda
peningkatan optimalisasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada era
globalisasi seperti saat ini semakin memiliki nilai strategis untuk
dibicarakan. Hal ini cukup penting, mengingat dari rangkaian pembicaraan yang
terjadi, diharapkan akan memunculkan pemikiran-pemikiran, ide-ide serta
gagasan-gagasan yang inovatif, kreatif serta berwawasan ke depan bagi kemajuan
hubungan yang lebih erat antara pemerintah dan masyarakat. Dari pembicaraan itu
juga, bisa saja ditemukan kesimpulan-kesimpulan yang baik bagi pengembangan
serta peningkatan partisipasi masyarakat.
Sebagaimana
kita tahu, saat ini, partisipasi masyarakat telah berada dalam posisi yang
semakin penting. Ini terjadi sebagai konsekuensi logis dari terbukanya kran
kebebasan berekspresi masyarakat akibat proses reformasi yang terjadi tahun
1998 di Indonesia. Dampaknya, masyarakat menjadi lebih kritis dan terbuka mengakaji
serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang akan dan sedang dilakukan
pemerintah.
Dari
kondisi tersebut, bermunculanlah lembaga-lembaga yang tumbuh di tengah
masyarakat yang bukan saja sebagai wujud kepedulian terhadap nasib mereka
sendiri. Ternyata lembaga-lembaga atau organisasi itu ada pula yang tumbuh
menjadi alat-alat atau sarana-sarana bagi mediasi kepentingan masyarakat,
termasuk pula kepada pemerintah. Terkait dengan hal itulah, adalah hal yang
wajar saat ini jikalau pemerintah sendiri melihat hal ini dengan bijak serta
berbaik sangka. Pemerintah harus pula siap menjadi lebih terbuka, akuntabilitas
serta lebih transparan menghadapi iklim yang terjadi di masyarakat saat ini.
Berbagai
rencana pembangunan yang dimiliki pemerintah semestinya sudah mulai mengajak
partisipasi masyarakat. Karena tanpa didukung peran serta masyarakat,
pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif. Dari tahun ke tahun,
proses pembangunan yang dilakukan pemerintah ternayta juga semakin dikritisi
oleh masyarakat. Dan dampaknya, tumbuh bias-bias negatif dari masyarakat
terhadap proses pembangunan yang sedang atau akan dilakukan. Salah satu gejala
negatif yang muncul di tengah masyarakat, yakni tumbuhnya sebuah sikap yang
apatis terhadap proyek pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
Sekurang-kurangnya, ternyata masyarakat ada yang tidak peduli dengan proses
pembangunan yang sedang dan akan dilakukan.
Ini jelas
menunjukkan adanya sebuah gejala kurangnya partisipasi masyarakat terhadap
agenda pembangunan. Kasus ini misalnya muncul dalam beberapa peristiwa
penolakan masyarakat terhadap beberapa proyek pembangunan yang akan dilakukan
pemerintah. Salah satu indikasi yang mungkin timbul bisa jadi karena berangkat
dari adanya ketidakberdayaan masyarakat untuk menghadapi masalah internal
mereka.
Dari sana tumbuh gejala-gejala
kekecewaan yang akhirnya bisa saja terakumulasi pada pemerintah, termasuk
ketika pemerintah justeru bermaksud memperbaiki masyarakat lewat agenda
pembangunan yang dilakukan. Di samping hal tersebut, bisa jadi pemerintah yang
memang kurang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Meskipun
kritik-kritik di atas ada benarnya, tetapi dengan hanya menyalahkan masyarakat
tanpa mencari faktor-faktor penyebabnya maka permasalahannya tidak dapat dipecahkan.
Yang lebih penting adalah mencari solusi yang sifatnya komprehensif dan
sistematis, sehingga setiap masalah yang ada bisa diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Apabila
kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita, masyarakat kecil
atau masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah masyarakat yang secara
keseluruhan hanya mampu menggantungkan kehidupannya pada pihak lain, dalam hal
ini terutama pada pemerintah. Mereka juga bukan seluruhnya dapat dikatakan akan
menjadi beban pembangunan bangsa. Kenapa bisa dikatakan seperti itu, bukan lain
karena diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat untuk mandiri dan
lepas dari ketergantungan pada pihak lain.
Kasus di
Jakarta menunjukkan, ternyata partisipasi masyarakat terhadap perekonomian cukup
berarti bagi kelangsungan roda pertumbuhan ekonomi, minimal mengurangi beban
yang seharusnya menjadi tanggungan pemerintah. Dalam kasus ini, Biro Pusat
Statistik (BPS) DKI Jakarta menghitung, ternyata pedagang kaki lima Jakarta
menyetor pungutan liar sebesar Rp 53,4 milyar/tahun, dengan omzet Rp 42,3
milyar/hari!. Dari aset dan omzet yang ada, ternyata sektor ini tidak begitu
miskin, artinya angka yang dihasilkan oleh mereka ternyata juga cukup besar.
Jadi dalam
kasus tadi, sikap para pedagang kaki lima ternyata menunjukkan bahwa mereka
mampu eksis di tengah gelombang terpaan krisis ekonomi yang terjadi. Jelas
sikap kewirausahaan semacam itu akan cukup signifikan bagi peningkatan
kemampuan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan di beberapa kota lainnya,
kita bisa menyaksikan, betapa di jalan-jalan utama kota tadi, kini telah tumbuh
pusat-pusat ekonomi informal yang juga ternyata mampu membantu menaikan
pendapatan ekonomi warga masyarakat serta diyakini kedepannya akan berimplikasi
pada peingkatan kehidupan dan kesejahteraan para pedagang yang ada di sana.
Makanya tidak seluruhnya benar
ungkapan yang mengatakan bahwa penyebab keterpurukan ekonomi bangsa ini adalah
karena adanya ketidakmampuan untuk menumbuhkan modal (capital). Dari
segi ekonomi, modal adalah memang salah satu kekuatan pertumbuhan ekonomi.
Namun tanpa dibarengi dengan kekuatan untuk berusaha dengan keras, tetap saja
akan kurang signifikan dengan peningkatan produktivitas. Sebagaimana para
pedagang kaki lima tadi, dengan modal terbatas, akhinya mereka tetap mampu
eksis. Dengan mereka eksis, minimal mereka akan mampu memenuhi
kebutuhan-kebuuhan dasar kehidupan keluarganya. Diharapkan dari peningkatan
tersebut, akan meningkatkan pula kesejahteraan keluarga mereka. Dengan begitu,
pemerintah tinggal mendorong semangat berwirausaha ini menjadi semangat
kolektif yang terus pula dikembangkan menjadi lebih luas lewat
pembinaan-pembinaan kelompok usaha-kelompok usaha yang ada di masyarakat, atau
paling tidak memberikan arahan-arahan bagi pengembangan usaha mereka secara
personal.
Opini
:
Menurut saya peran serta masyarakat
dalam pembangunan bangsa sangat penting karena rencana- rencana yang dilakukan
oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama yang
baik antara pemerintah dan masyarakat baik di desa maupun dikota. Namun, sering kali maksud dari pemerintah
untuk pembangunan ke arah yang lebih baik tidak diimbangi dengan kesetujuan
dari segenap masyarakat indonesia, seperti terjadinya demo-demo yang marak
terjadi diperkotaan maupun dipedesaan akibat ketidaksetujuan masyarakat.